Random Artikel

Memuat...

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Guru Lama - Guru Baru

On 02.01

Guru

S ambil ngobrol asik nyemil makanan ringan, pada waktu siang hari selesai mengajar. Seorang rekan kerja tiba-tiba masuk topik pembicaraan yang sedikit menurut penulis agak “sensitive”.  Bukan lagi membicarakan topic trending tweeter yang sedang heboh hari ini, bukan juga topik politik yang semakin hangat akhir-akhir ini, melainkan menyoal tentang guru-guru yang statusnya sudah lama bekerja di satu lembaga pendidikan. Beragam pendapat ke sana kemari obrolan tersebut. Kesimpulan obrolan siang hari tersebut:
“Apa pentingnya kita mempertahankan guru-guru lama?” Saat itu, saya hanya menjawab, “Satu guru senior yang sarat pengalaman mengajarnya dengan baik, bisa setara dengan tiga guru baru.” 

“Penjelasannya?”, teman saya menimpali. “Dalam mengajar; ada proses mengenali karakter siswa, mengelola kelas, mengatur irama belajar, membuat murid tertawa, mengatur waktu berdasarkan target kurikulum, menyelesaikan konflik antar guru dan antar siswa, menghadapi keinginan orangtua murid, dan ada proses transfer pengetahuan. Yang bisa ditandingi oleh guru baru hanyalah proses transfer pengetahuan. Selebihnya adalah buah dari pengalaman.” “Kecuali guru lama yang benar-benar tidak mau belajar dari pengalaman, tidak mau mengikuti perubahan, dan tidak bersedia berubah. Meskipun begitu, rasa hormat harus kita berikan kepadanya karena telah merelakan waktunya untuk mendidik anak-anak sebagai generasi penerus bangsa.”  Perhatikan ilustrasi kisah ini:
Selembar Tisu seharga 280 juta :
“Seorang pria lanjut usia sedang duduk di sebuah kafe di Spanyol, sambil mencorat-coret selembar tisu bekas. Dia adalah orang yang cuek dan suka menggambar apa saja yang membuatnya terkesima. Seorang wanita yang duduk tidak jauh darinya sedang memandanginya dengan kagum. Pria tersebut mengambil cangkir kopinya. Itu adalah seruputan terakhir. Dia pun meremas tisu tersebut dan hendak membuangnya saat akan meninggalkan kafe tersebut. “Tunggu,” teriak wanita yang telah memandanginya sejak tadi. “Boleh kan, saya meminta tisu yang barusan anda gambari? Saya akan bayar.” “Tentu,” Jawab pria lanjut usia tersebut. “dua ratus delapan puluh juta.” Wanita tersebut kaget. “Apa? Anda hanya perlu sekitar dua menit untuk menggambar itu.” “Tidak nyonya,” jawab pria tersebut. “Saya perlu lebih dari 60 tahun menggambar ini.” Dia memasukkan tisu tersebut dalam kantungnya, dan pergi meninggalkan kafe. Pria lanjut usia tersebut adalah Pablo Picasso. (Disarikan dari buku The Subtle Art of Not Giving A F*ck, Mark Manson)

Dalam kisah Picasso di atas, wanita di sampingnya bisa sangat terpukau hanya dalam waktu dua menit, tentu saja karena ada proses panjang yang tidak diketahui wanita tersebut. Proses panjang 60 tahun lebih, tentu akan melahirkan keahlian. Ya, keahlian yang membuat orang lain mudah mudah mengaguminya. Jika seseorang lebih baik daripada anda mengenai sesuatu hal, sepertinya itu karena dia telah mengalami pasang surutnya kehidupan, kegagalan dan keberhasilan lebih banyak daripada anda. Jika seseorang lebih buruk daripada anda, sepertinya itu karena dia belum mengalami semua pengalaman belajar yang terkadang menyakitkan seperti yang anda rasakan. 

Guru lama penting, guru baru juga penting...pengalaman dan kualitas seseorang yang membedakannya...Bravo guru!

Sukses Selalu
Bersedia Belajar

Photobucket

Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

“Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya. Sudi kiranya berkomentar lagi di posting saya berikutnya” – Salam > Bersediabelajar.