Random Artikel

Memuat...

Subscribe Here!

Enter your email address. It;s free!

Delivered by FeedBurner

Sukses Saja Tidak Cukup

On 18.02

"Sukses Saja Tidak Cukup" Mungkin Anda pernah mendengar atau membaca pernyataan tersebut. Ya betul, itu memang sebuah judul dari sebuah buku yang ditulis oleh seorang penulis, Lloyd Reeb sahabat dan murid dari seorang penulis buku Half Time, Bob Bufford, yang telah menjadi buku best seller. Sekarang banyak orang tidak lagi mengejar kekayaan, pengakuan, kekuasaan atau status menjadi tujuan utama hidup mereka (walau memang tidak dapat dipungkiri, banyak juga hal-hal tersebut masih menjadi pengejaran yang utama). Perlu kearifan dan kesadaran penuh untuk dapat mengatakan dan memiliki fokus hidup: "sukses saja tidak cukup". Ada penelitian yang menarik  di bawah ini berkaitan tentang hal itu:
Mereka yang telah memahami hidup yang bermakna dan memberi kebahagiaan dengan cara membagi hidup yang bernilai / berarti bagi banyak orang ini merupakan salah satu ciri hidup yang sesuai panggilan, hidup yang melimpah didalam kepuasan sejati.Coba perhatikan penelitian berikut ini: 

"1. (Ada semacam harapan)”harapan untuk mencapai kepuasan” yaitu sebuah perasaan tidak nyaman yang timbul disaat seseorang menerima hal-hal yang mereka impikan.”
2. Ada semacam perubahan paradigm mendasar di dalam masyarakat tentang “keinginan bermakna”, di mana banyak sekali orang yang berkecukupan dari segi keuangan, tetapi mereka merasakan kurangnya atau hilangnya makna di dalam kehidupan mereka. Perubahan dari “keinginan materi” menuju “keinginan bermakna”, tidak menjamin kaum pria dan wanita akan berhenti bersifat materialistis; tidak ada indicator social mengarah kepada hal tersebut. Tetapi, boleh jadi jutaan orang sekarang ini mengharapkan taraf kehidupan yang membaik dan secara bersamaan mereka ingin agar hidup mereka memiliki makna yang jelas. Hal ini disebut conundrum, yang artinya jauh lebih sulit dijelaskan daripada mencari uang dan materi untuk kehidupan sehari-hari.
3. Bahwa ada sebuah riset baru di bidang psikologi yang mencoba menyelidiki mengapa sebagian orang hidup dalam kegembiraan sementara sebagian lainnya tidak, ternyata menyimpulkan bahwa Anda harus memiliki sifat pemaaf, penuh rasa syukur, dan optimism dalam kehidupan – Hal-hal ini diduga kuat sebagai “elemen-elemen penting untuk membentuk jiwa atau pribadi yang sehat.” (Gregg Easterbrook, The Progress Paradox; How Life Gets Better While People Feel Worse – New York; Random House, 2003, hlm. Xix.".

Tiga (3) point penelitian di atas sangat JELAS menggambarkan pengejaran dan pencapaian kepada HIDUP YANG BERMAKNA. Ada orang yang masih mencari-cari, ada juga yang tidak menyadari akan hidup yang bermakna sebagai target pencapaian hidup mereka karena disebabkan berbagai faktor hidup yang membatasi hidup mereka; kemiskinan, kesulitan hidup, tidak meiliki perspektif yang jelas dan benar, kepasrahan menerima nasib, comport zone, tidak mau mengambil resiko, dan pembatasan lainnya. 

Bukankah hidup itu lebih penting daripada materi? Mengapa banyak orang mau menukarkan hidup mereka dengan materi yang bersifat kebendaan? Pengejaran terhadap hal yang bersifat materi tidak akan pernah memuaskan kehidupan manusia, justru hal itu akan membuat haus. Coba cek saja tidak jauh-jauh adalah diri Anda sendiri yang sedang menukarkan hidup Anda dengan hal-hal yang bersifat materi. Kegelisahan atau ketidakpuasan yang timbul secara konstan itu adalah salah satu indikator "sinyal" bahwa pengejaran kita SALAH ARAH....

Jika kita ada dalam kelompok besar yang ada dalam persimpangan jalan, akan ada pertanyaan yang timbul seperti ini:"Bagaimana kita bisa keluar atau menemukan kehidupan yang bermakna?" Mari saya mengajak pembaca bersedia belajar mengikuti postingan berikutnya....Sebelum menutup postingan ini, coba perhatikan pemikiran dasar berikut ini:
  1. Jika kita menukar waktu kita yang berharga (= hidup kita) dengan pekerjaan yang kita geluti sebagai imbalan mendapatkan upah = gaji (yang bersifat sementara), mengapa kita tidak menukar waktu kita (=hidup kita) dengan pekerjaan yang berdampak langgeng (=yang bersifat kekal) sebagai upah kita?
  2. Mengapa menukar sesuatu yang tidak bisa Anda raih sepenuhnya (kesempurnaan) dengan sesuatu yang banyak Anda miliki (kesuksesan)?
Tidak ada satupun yang pantas menjawab selain Anda pembaca budiman.....

Semoga bermanfaat,
Salam,
Sukses Selalu

Bersedia Belajar




Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

“Terima Kasih Telah Memberikan Waktu dan Komentarnya. Sudi kiranya berkomentar lagi di posting saya berikutnya” – Salam > Bersediabelajar.